TUBUH SEBAGAI BAIT ALLAH
“Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu, Roh yang kamu peroleh dari Allah – dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.
1 Korintus 6: 19-20
Saya sadar harus menjauhkan tubuh dari segala pikiran jahat, amarah, sakit hati, iri, pertengkaran, keserakahan, dan lain sebagainya. Aksi Penyangkalan Diri (APD) di masa Prapaskah yang digaungkan GKI Kaput seyogyanya membantu saya untuk melatih diri agar memiliki kepekaan untuk mampu menghindari hal-hal negatif tersebut. Namun harus saya akui, APD ini sejujurnya gampang-gampang susah untuk dilakukan.
Gampang karena waktu puasa hanya Senin, Rabu dan Jumat. Tidak sepanjang hari dan setiap hari. Hari-hari lainnya melaksanakan pantang terhadap makanan / minuman atau kebiasaan yang tidak terlalu bermanfaat. Susah karena ternyata secara teknis tidak mudah juga pelaksanaannya. Saya mengenal Kristus sejak kecil, namun kami sekeluarga tidak pernah mengenal puasa dan tidak terbiasa. Namun dengan sosialisasi yang dilakukan GKI Kayu Putih, saya merasa cukup termotivasi. Setiap pagi, kami mohon kepada Tuhan, agar Dia menolong kami menjalankan komitmen ini.
Kelihatannya suami saya tidak mengalami kesulitan yang berarti, namun sering kali saya yang hampir menyerah. Setiap tergoda untuk menikmati kopi favorit, cemilan dan makanan yg menarik, saya coba berdiam dan berdoa. Tapi sesungguhnya sambil mengaku bahwa saya sepertinya akan menyerah saja. Di pagi hari pun, saya dan suami menyempatkan diri untuk berjalan kaki selama 1 jam agar kesehatan kami terjaga. Aktivitas olahraga ini ternyata tidak semata menyehatkan, tapi membantu tubuh untuk tidak meminta makanan secara berlebihan. Aksi Puasa ini juga ternyata membuat saya lebih banyak mengkonsumsi air putih, dan hal ini sangat bermanfaat untuk tubuh.
Hari pertama memang sulit. Tapi ketika kami berhasil melalui hari tersebut, hati kami bersuka cita. Karena kami sadar, Tuhanlah yang telah menolong kami melalui aksi puasa hari itu. Kalau kami tidak berdoa, pasti kami tidak bisa melalui cobaan. Menyadari bahwa Tuhan tidak membiarkan saya berjuang sendiri, saya merasa semangat menjalankannya.
Selain itu, setelah 2 minggu, saya coba melakukan cek darah mandiri bagi suami saya, seorang penderita prediabetes. Ia mengkonsumsi obat gula darah, namun terkadang hasil pengecekannya masih belum terlalu baik. Karena kondisinya ini, ia juga pernah pasang ring di pembuluh jantungnya. Dokter sudah mewanti-wanti agar lebih disiplin. Bahkan untuk dia, batas maksimum kadar gula darah yang diijinkan harus lebih rendah dari orang lain yang normal gula darahnya. Ternyata, hasil pengukurannya menggembirakan. Menurut dokter, olahraga dan pengontrolan asupan makanan juga berpengaruh. Kami sangat bersukacita dan bersyukur karena aksi puasa ini membangkitkan kesadaran dan semangat baru untuk menjaga kesehatan. Kiranya Tuhan selalu menolong dalam mensyukuri setiap kesempatan dan kesehatan yang Tuhan anugerahkan.
(Yudi Ariyanti)
Sumber: https://www.gkikayuputih.or.id/tubuh-sebagai-bait-allah/